Pertanyaan ini terlintas di benakku, ketika aku sedang membaca sebuah artikel dari sebuah website. Awalnya aku menganggap hanya artikel biasa, tetapi malah membuat saya terinspirasi untuk membuat artikel di blog saya ini.
Artikel tersebut mengatakan bahwa kesalahan orang tua dalam mendidik anak yang terlalu keras, malah membuat pertengkaran di rumah kayak perang Palestina xixixi :D
Coba ingat kamu sewaktu kecil, kamu bisa bebas melakukan apa yang kamu mau, masih punya kepercayaan, semangat dan harga dirimu sendiri.
Orangtuamu mungkin kesal bila kamu lupa memberekan mainan, memecahkan gelas atau piring atau bahkan barang kesayangan mereka.
Tetapi mereka hanya berkata “Sayang, kalo sudah selesai main balikin lagi ke tempatnya yah sayang” atau “Nak, jangan begitu, itu kan barang kesayangannya mama, kasihan mama ntar ga punya barang kesayangan lagi..” :D
Mereka masih menganggap kamu sebagai orang yang tabu, polos, dan masih belum mengerti apa-apa.
Namun segala sesuatu berubah ketika kamu mulai beranjak usia yang lebih dewasa.
Kesalahan kecil yang kamu lakukan bisa menjadi besar, “Udah gede gini, dibilangin suruh beli roti di toko deket sekolah aja bisa sampai lupa
Dan kesalahan besar bisa menjadi jauh lebih besar “Punya otak ga sih, bulan kemarin tagihan internet sudah lewat sampai 400rb, sekarang sampai 1juta. Tau gak cari uang itu susah, kamu asik-asikan main game online, prestasi kamu juga jadi turun drastis. Udah, bulan depan internetnya dicabut!!”Aku masih ingat bagaimana ayahku memarahiku saat tagihan internetku membludak. >_<
Bagi yang punya adik atau kakak kadang merasa suka disbanding-bandingkan “Kamu ini goblok banget sih, kok bisa sampai ranking terakhir di kelas, kurang les apa lagi! Liat tuh kakak kamu, biarpun ga les, sering main game, tapi masih aja prestasinya di sekolah bagus.” Atau “Udah gede gini, masih aja suka berantem, liat tuh adikmu, baik dan penurut, itu baru anak kesayangan. Bukan kayak kamu!”
Inilah yang membuat anak terkadang kesal dengan kehadiran kakak atau adik yang bisa menjadi lebih dirimu
Dengan adanya pengalaman-pengalaman di atas, kamu menjadi tidak lagi mempercayai dirimu lagi.
Kamu menganggap dirimu bodoh, tidak berguna, jelek, lemah, nakal, atau hal jeleknya yang dilontarkan oleh orang tua dan lingkungan sekitarmu.
Kamu menganggap bahwa kamu melakukan sesuatu untuk mendapatkan pengakuan dan pujian dari orang lain, seperti mama atau papa mu suka memujimu dulu. Dan anda terus berusaha untuk mendapatkannya lagi, dan lagi.
Semua hal itulah yang membuat anda jatuh ke dalam perangkap ilusi, bahwa dirimu tidak layak di dunia ini.
Mulailah belajar untuk kembali menjadi seorang anak yang penuh percaya diri, riang, dan haus akan pengetahuan.
Dalam masa sekolahku, aku paling males yang namanya les. Menurutku, les hanya akan mengurangi waktuku untuk bermain dan mencari teman. Lebih baik aku belajar sendiri di rumah, tidak usah buang waktu dan uang untuk les. Seperti kata orangtua, cari uang itu susah.
Bukannya saya merasa sombong tidak perlu ikut les, saya hanya ingin share saja.
Kalau kamu sudah punya kepercayaan akan diri sendiri, kamu bisa menjadikan dirimu sendiri guru les yang lebih pintar dari guru les kamu.
Kamu dapat menyalahkan orangtuamu dalam mendidikmu, tetapi, jadikan itu suatu kesalahan yang mulia, karena mereka sudah berusaha semaksimal mungkin, memberikan dirimu yang terbaik menurut mereka.
Banyak anak yatim piatu yang mendambakan sosok orang tua. Tapi terkadang kita membenci mereka.
Berikan pengertian dan perhatian pada orang tua kita yang telah membesarkan kita hingga sekarang. Jangan menganggap dirimu sebagai beban bagi diri mereka, tetapi tunjukan bahwa kamu orang yang berguna. Ingat, dengan KEPERCAYAAN DIRI mu!
Salam Blogger ^_^