Dalam mengatur rencana, terkadang kita terperangkap dalam menyusun rencana itu sendiri. Terkadang, kita suka berpikir ulang rencana yang telah dibuat, misalnya, "Wah, rencana itu kayaknya kurang pas" atau "Mungkin ada cara lain sehingga aku bisa mendapatkan lebih dari itu". Namun karena berpikir lama, justru kita hanya terus dan terus menyusun rencana itu tanpa melaksanakannya.
Berikut beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi
1. Terlalu kaku dan terlalu "matematis"
Jangan sampai kita malah menjadi orang yang kaku dalam menghadapi realitas gara-gara punya rencana. Esensi dari perencanaan adalah bantuan (an aid to performance) untuk menjalani hidup ini. Dengan memiliki rencana yang bagus diharapkan hidup kita lebih teratur dalam menggunakan waktu dan lebih "fulfille" dalam menggunakan potensi yang kita miliki sehingga kita bisa merealisasikan tujuan-tujuan penting menurut hidup kita masing-masing.
Menjalankan rencana di lapangan itu mirip seperti yang dikatakan Bruce Lee. "Saat anda sedang bertempur, jangan lagi menghafal buku panduan. Fokuskan pada bagaimana bertempur dan bersiasat." Artinya, memiliki rencana itu perlu, tetapi dalam menjalankannya harus seirama dengan realitas atau masalah yang kita hadapi. Jangan sampai kita terpukul oleh masalah gara-gara menghafal rencana.
Menjalankan rencana di lapangan itu mirip seperti yang dikatakan Bruce Lee. "Saat anda sedang bertempur, jangan lagi menghafal buku panduan. Fokuskan pada bagaimana bertempur dan bersiasat." Artinya, memiliki rencana itu perlu, tetapi dalam menjalankannya harus seirama dengan realitas atau masalah yang kita hadapi. Jangan sampai kita terpukul oleh masalah gara-gara menghafal rencana.
2. Memberangus intuisi dan kreativitas
Kerapkali kita ditantang untuk memutuskan sesuatu yang cepat tetapi tidak / belum memiliki informasi yang lengkap. Bekal yang diberikan Tuhan untuk menghadapi ini adalah intuisi, feeling, kata hati, kecondongan naluri, dan semisalnya. Meminjam istilah Nick Tasler, kita perlu belajar thingking without thingking (berpikir tanpa harus mikir terlalu lama). Nah, jangan sampai gara-gara terlalu menghafal rencana sehingga kita lupa menajamkan intuisi. Milikilah rencana tetapi tajamkan juga intuisi dan kreativitas.
3. Menjadi orang egois gara-gara punya rencana
Punya rencana hidup yang mandiri, ini tentu OK. Tetapi bila hanya rencana kita yang selalu kita pikirkan lalu mengabaikan hal-hal yang terkait dengan kebaikan hubungan kita dengan orang lain, ini tentu tidak OK. Biasanya, hal-hal yang melanggar kode etik kehidupan itu malah membuat langkah kita terhambat atau tidak lancar.
4. Rencana tanpa sasaran yang jelas
Jangan lupa mencantumkan sasaran dari rencana yang anda buat. Ini selain dapat membuat kita fleksibel, pun juga berfungsi sebagai ukuran atau standar. Kenapa sasaran bisa membuat kita menjadi lebih fleksibel? Kalau sasaran kita jelas, biasanya kita tidak terlalu memati-matika-kan tehnik. Tehnik itu bisa berubah berdasarkan keadaan, tetapi hendaknya tujuan kita harus tetap.
5. Bongkar pasang rencana karena nafsu sesaat
Sebetulnya tidak ada masalah kita mengganti rencana (plan B atau plan C) sejauh itu kita lakukan dengan pertimbangan dan alasan yang jelas. Yang kerap menghambat langkah kita adalah ketika kita suka bongkar-pasang rencana hanya karena nafsu, tidak didasari pertimbangan, alasan dan tujuan yang jelas.
0 comments:
Post a Comment